Search

Teknik Pengumpulan Data Dalam Aspek Sosial Amdal

Data. yang dihimpun dalam aspek sosial AMDAL akan dipergunakan untuk penyusunan pelingkupan, penyajian rona lingkungan, •prediksix' evaluasi maupun penyusunan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/ RPL). Dengan demikian teknik pengumpulan data dalam studi dampak sosial ditujukan untuk men "supply" proses studi tersebut. Bab ini akan menguraikan beberapa teknik pengumpulan data utama yang biasa dipergunakan dalam studi dampak sosial. Uraian ini diakhiri dengan rangkuman dalam bentuk matriks penggunaan teknik pengumpulan data dan proses studi AMDAL sosial. Pada akhir bab, diuraikan teknik triangulasi yang merupakan teknik kombinasi dalam rangka memperoleh informasi yang akurat dan mendekati kebenaran.


1. PERTIMBANGAN PEMILIHAN TEKNIK PENGUM¬PULAN DATA
Ada tiga pertanyaan mendasar dalam memilih teknik pengumpulan data:
a. data apa yang harus dikumpulkan? Dalam konteks AMDAL sosial, data yang harus dikumpulkan berkaitan dengan komponen yang diperkirakan akan terkena dampak. Hanya komponen yang terkena dampak yang menjadi fokus dalam penelitian AMDAL. Misalnya, studi dampak sosial tentang Kawasan Industri, aspek-aspek yang menjadi perhatian meliputi tingkat pendapatan, kesempatan kerja, tingkat kenyamanan, kesehatan masyarakat dan pola hubungan sosial. Hanya data yang berkaitan dengan komponen tersebut yang dihimpun.
b. bagaimana karakteristik sumber data? Ciri-ciri responden misalnya ti.ngkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, jenis pekerjaan, homogen atau heterogen akan menentukan teknik pengumpulan data. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dengan jenis pekerjaan petani atau nelayan akan cocok menggunakan wawancara langsung yang disertai pedoman pertanyaan atau kuesionair dari pada dengan kelompok diskusi terfokus.
Ketersediaan dana, tenaga, waktu dan keahlian juga merupakan pertimbangan dalam memilih teknik pengumpulan data.

2. BEBERAPA TEKNIK PENGUMPULAN DATA UTA MA
Beberapa teknik utama yang sering digunakan dalam studi dampak sosial diantaranya:
a. Kuesionair
b. Wawancara
c. Observasi
d. Delphi
e. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)
f. Ethnography
g. Triangulasi

A. Kuesionair
Penggunaan kuesionair didasari oleh suatu keyakinan bahwa responden atau nara sumber adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri. Apa yang dinyatakan oleh responden dianggap benar dan dapat dipercaya. Interpretasi responden atas pertanyaan¬pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dianggap sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Karena itu maka kuesionair disebut sebagai laporan tentang diri sendiri atau self report.
Kuesionair dibagi dalam dua kategori:
 Tidak langsung di mana kuesionair dibagikan pada responden. Jika telah diisi lengkap, kuesionair dikirim kembali kepada peneliti atau si peneliti yang mengambilnya dari responden.
 Langsung di mana peneliti menggunakan kuesionair dan langsung mewawancarai responden.
Menurut jenis pertanyaannya, kuesionair dibagi ke dalam kuesionair tertutup dan terbuka. Tertutup jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesionair telah disiapkan dengan beberapa pilihan. Disebut terbuka, jika setiap poin pertanyaan belum disediakan jawaban. Responden dapat menyatakan pendapat sesuai dengan keyakinannya, lalu peneliti membuat kategori kemudian.
Menurut Finterbusch (1983: 75), penggunaan kuesionair dalam pengumpulan data disebut sebagai survai. Setelah kuesionair selesai didesain, perlu dilakukan pretest untuk meyakinkan bahwa pertanyaan dalam kuesionair relevan dengan kondisi dilapangan.
Beberapa prinsip dalam menyusun pertanyaan dalam kuesionair: - pertanyaan harus jelas, artinya mudah dipahami oleh responden dan tidak mengandung arti ganda.
 Pertanyaan harus pendek. Panjangnya pertanyaan akan membuat kesulitan mencerna dan mengingat tentang apa yang dimaksud.
 Jangan mengulang pertanyaan. Jika suatu pertanyaan telah diajukan pada satu bagian, sebaiknya tidak ditanyakan pada bagian lain.
 Hindari istilah-istilah "bias" dalam pertanyaan. Sebaiknya disusun istilah-istilah baku yang banyak digunakan. - pertanyaan yang positif.
 Pertanyaan yang kongkret, artinya tidak berbunga-bunga
 Menempatkan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif di akhir kuesionair. Hal ini dimaksudkan untuk membina "rapport".
 Kejar terus pertanyaan (further investigate) untuk memperoleh data yang detail. Dengan tetap menjaga "rapport" dan kesopanan, pewawancara yang baik adalah yang bisa mengungkap lebih dalam tentang informasi yang disampaikan responden. - pertanyaan yang tepat.
 Susun pertanyaan secara efektif tetapi juga estetik.
Menurut Finterbusch dan kawan-kawan (1983: 98) survai yang dilakukan dengan wawancara yang dipandu dengan kuesionair dapat menghasilkan data dengan kualitas yang tinggi. Hal ini karena beberapa hal. Pertama, pewawancara dapat mengetahui apakah pertanyaan dapat dipahami oleh responden dan apakah jawaban yang diberikan responden relevan dengan pertanyaan. Kedua, pewawancara dapat menanyakan lebih lanjut tentang jawaban yang diberikan responden dalam rangka melakukan "further investigation". Ketiga, kehadiran pewawancara akan mempercepat penyelesaian jawaban atas kuesionair. Beberapa kelebihan ini nampak jika dibandingkan dengan kuesionair yang dikirim kepada responden tanpa wawancara langsung.
Kendatipun demikian wawancara langsung juga memiliki kelemahan. Responden cenderung menjawab seperti apa yang diinginkan oleh pewawancara. Contohnya, jika responden memiliki kesulitan menjawab pertanyaan tentang besarnya pendapatan, mereka cenderung menyerahkan saja jawabannya kepada pewawancara. Atau juga pertanyaan tentang seberapa besar tingkat kegotongroyongan masyarakat, responden akan menjawab sesuatu yang baik, misalnya "ya, sering sekali" dan "semua ikut kerja bakti". Ada kecenderungan bagi responden untuk tidak ingin diketahui tentang sesuatu yang kurang baik tentang lingkungannya.
Agar terjadi respon dan jawaban yang wajar, pewawancara hendaknya melakukan "rapport" dengan responden. Menghindari sikap formal dan seyogyanya tidak melakukan wawancara secara massal. Misalnya mengumpulkan responden di balai kelurahan dan mewawancarainya secara bersama. Berikut ini disajikan contoh kuesionair (daftar pertanyaan) untuk aspek sosial AMDAL PLTGU di Jawa Tengah.

POLA HUBUNGAN SOSIAL
1. Menurut Bapak/Ibu, apakah di sini masih ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh warga ?
1. Ya, ada.
2. Tidak ada (ke p. 6).
2. Jika ya, kegiatan apa saja ?
1. Kerja bakti membersihkan lingkungan.
2. Memperbaiki perahu.
3. Memperbaiki rumah.
4. Perhelatan / kematian.
5. Lainnya
3. Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah keberadaan kegiatan bersama- sama yang dilakukan oleh warga sekarang ini?
1. Sama saja.
2. Semakin berkurang.
3. Semakin baik.
4. Jika semakin berkurang, apa sebabnya ? ...............................................
5. Jika semakin baik, apa sebabnya ? .............................................................
6. Pertemuan apa saja yang masih ada di sini ?
1................................. Frek
2................................. Frek
3................................. Frek
4................................. Frek
5................................. Frek
6................................. Frek
7................................. Frek

PERSEPSI MASYARAKAT
1. Apakah Saudara mengetahui bahwa di sini akan dibangun lagi PLTGU
1. Tahu
2. Tidak tahu (ke p.3).
2. Jika mengetahui, dari siapa informasi anda peroleh ?
1. Pegawai PLN
2. Pamong Kelurahan
3. Perum Pelabuhan
4. Saudara/ famili
5. Surat kabar/ radio
6. Lainnya

3. Bagaimana sikap Saudara terhadap rencana pembangunan PLTGU tersebut?
1. Setuju
2. Tidak setuju (ke p.5).
3. Terserah pemerintah.
4. Apabila setuju, apa alasan Saudara ?
1. Sebagai tanda partisipasi dalam pembangunan
2. Karena program pemerintah
3. Karena pembangkit yang sudah ada tidak mengganggu kenyamanan tinggal di sini.
4. Lainnya
5. Apabila tidak setuju, apa alasan Saudara ?
1. Akan kehilangan rumah, tanah atau harta benda lain.
2. Menimbulkan dampak lingkungan yang negatif
3. Pembangkit yang sudah dibangun mengganggu kenyamanan di sini karena suaranya bising.
4. Lainnya
6. Menurut pandangan Bapak/Ibu, bagaimanakah keberadaan pembangkit yang telah ada sekarang ini ?
1. Tidak mengganggu.
2. Suara bising sangat mengganggu.
3. Suara bising cukup mengganggu.
4. Gas yang dikeluarkan cukup mengganggu.
5. Lainnya
7. Hingga kini (tahun 1994) sudah berapa kali Bapak/Ibu terkena pembebasan proyek ?
1. 1 kali (sekarang)
2. 2 kali, sebutkan proyek apa
3. 3 kali, sebutkan proyek apa
4. 4 kali, sebutkan proyek apa
8. Berapa nilai ganti rugi untuk masing-masing harga kekayaan Bapak/Ibu tersebut :
Nilai ganti rugi : Harga Umum/lokal
1. Rumah ukuran/luas : Rp Rp
2. Pekarangan luas : Rp Rp
3. Tanah sawah : Rp Rp
4. Tanah tambak : Rp Rp
5. Lainnya : : Rp Rp

9. Terhadap penetapan besarnya nilai ganti rugi bagaimana pendapat Bapak/Ibu ?
1. Terlalu tinggi
2. Memadai
3. Rendah
4. Terlalu kecil
10. Menurut Bapak/Ibu bagaimana prosedur penetapan pembebasan ?......................... ..............................................................

Format kuesionair di atas termasuk kuesionair yang ringkas. Kendatipun demikian, ada beberapa data yang telah terkumpul tidak relevan digunakan. Hal penting yang harus diingat oleh peneliti adalah senantiasa bertanya apakah data yang dihimpun melalui setiap item kuesionair akan relevan untuk digunakan?.
Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa cara:
 Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Dalam studi dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu peninjauan di lapangan (pra survai) di mana para peneliti menginventarisir issu dan concerns. Wawancara bebas demikian oleh Armour (1988) disebut sebagai "walk and talk".
 Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Pedoman pertanyaan hanya digunakan sebagai panduan, sehingga jawaban dari responden atau nara. sumber bersifat terbuka. Dalam studi dampak sosial, wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan digunakan untuk menghimpun data dari para tokoh masyarakat atau pamong desa. Informasi yang dihimpun dari nara sumber itu merupakan informasi yang bersifat umum tentang lingkungan misalnya kondisi lingkungan (apakah sering banjir, bagaimana tipe masyarakat lokal: mudah digerakkan untuk gotong royong atau kerja bakti, tanggapan terhadap ide-ide baru dan sebagainya). Keterangan-keterangan demikian biasanya lebih valid kalau dihimpun dari tokoh masyarakat dan pamong desa. Ada kemungkinan informasi dari masing-masing nara sumber akan berbeda, maka para peneliti yang harus pandai merekonsiliasi data. Di bawah ini disajikan contoh pedoman pertanyaan untuk penelitian aspek sosial ANDAL Kawasan Industri di Genuk, Semarang

PEDOMAN WAWANCARA
PENELITIAN ASPEK SOSIAL ANDAL KONSTRUKSI BANK NTT
KUPANG, NTT

Pedoman Pertanyaan ini ditujukan untuk:
1. Pemrakarsa Proyek
2. Tokoh Masyarakat
3. Masyarakat

1. Pedoman Wawancara untuk Pemrakarsa Proyek
a. Latar belakang dan tujuan proyek pembangunan kawasan industri
b. Studi-studi yang telah dan akan dilaksanakan
c. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi
d. Proses penentuan lokasi
e. Instansi yang terlibat
f. Masukan dari masyarakat
g. Proses pemindahan penduduk
h. Masalah-masalah yang dihadapi
i. Program Evaluasi
j. Program Monitoring.

2. Pedoman Wawancara untuk Tokoh Masyarakat
a. Pandangan dan Persepsi masyarakat terhadap proyek
b. Persepsi terhadap proses pembebasan lahan
c. Persepsi terhadap lingkungan baru
 Lebih menyenangkan
 Tidak menyenangkan
d. Jika lebih menyenangkan, kenapa ?
e. Jika tidak menyenangkan, kenapa ?
f. Perubahan struktur keluarga
g. Perubahan pola hubungan sosial
h. Masalah-masalah apa yang dihadapi masyarakat dengan adanya kawasan industri
i. Menurut tokoh masyarakat, bagaimana sebaiknya proses pembebasan lahan dilakukan
j. Menurut tokoh masyarakat, bagaimana sebaiknya proses pemukiman itu dilakukan.

3. Pedoman Wawancara untuk Masyarakat.
a. Jenis Pekerjaan
 Menyenangkan
 Tidak menyenangkan
b. Kondisi rumah
luas rumah
luas pekarangan
dinding
atap
lantai
ventilasi
kamar
c. Kondisi lingkungan baru
 Kondisi jalan masuk kampung
 fasilitas sekolah
 fasilitas ibadah
 fasilitas penerangan
 transportasi umum
 pasar
 puskesmas
 pembuangan sampah
 pos perondan

d. Persepsi terhadap lingkungan
Menyenangkan:
Tidak menyenangkan:
 polusi udara
 polusi air
 lalu lintas

e. Pola hubungan sosial
 Apakah responden saling bantu membantu sesama tetangga
 Jika ya dalam hal apa
 Jika tidak kenapa
 Apakah ada kegiatan bersama di dalam masyarakat
 sambatan; dalam hal apa
 gotong royong; mengerjakan apa
 Tradisi di tempat yang masih dilakukan dan tidak dilakukan
 nyadran
 syuran
 bersih desa
 metik
 wiwit
Kenapa masih dilakukan
 Jika tidak dilakukan lagi, kenapa ?

f. Kesehatan Masyarakat
 Selama tinggal di dekat kawasan industri, apakah sering ada anggota keluarga yang sakit
 Jika ada, menurut responden kenapa ?
 Sumber air
 Cara pembuangan sampah & limbah rumah tangga
 Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
Jenis wawancara ini banyak digunakan oleh peneliti sosial termasuk peneliti studi dampak sosial seperti diuraikan di atas tentang teknik kuesionair (survai). Menurut Irawati Singarimbun (1978: 1) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam wawancara dengan kuesionair ini, di antaranya adalah mutu daftar pertanyaan, kepribadian pewawancara, kemampuan pelaksana atau koordinator survai.
 Mutu Pertanyaan
Kuesionair dijabarkan dari komponen lingkungan sosial budaya yang dianggap relevan. Jadi hanya data yang dibutuhkan untuk menggambarkan komponen lingkungan yang dihimpun.
 Kepribadian Pewawancara
Ketrampilan wawancara berkenaan dengan pendekatan yang dilakukan oleh pewawancara kepada nara sumber atau responden. Pendekatan yang baik adalah yang menggunakan bahasa responden. Pewawancara juga diharapkan mampu membawa diri yang tercermin dalam tutur kata, penampilan dan cara berpakaian. Penampilan pewawancara sebaiknya tidak menyolok. Hendaknya sesuai dengan tugasnya sebagai petugas lapangan penelitian.