Bandi Hermawan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memonitor kadar air tanah melalui pengukuran impedensi listrik selama fase awal pertumbuhan tanaman jagung di musim kemarau pada dua taraf pengolahan tanah dan empat jenis mulsa. Sebagian petak percobaan diolah secara konvensional dan sebagian lagi tidak diolah sama sekali. Setiap petak selanjutnya dibagi menjadi empat anak petak berukuran 3 x 4 m yang masing-masing diberi 100% mulsa alang-alang, 80% alang-alang dan 20% kerinyu, 50% alang-alang dan 50% kerinyu, serta 100% kerinyu. Dua pasang kawat tembaga dibungkus karet, bagian bawahnya dikupas sepanjang 10 cm, dimasukkan ke dalam tanah sedalam 10 dan 20 cm sehingga dapat digunakan untuk mengukur impedensi listrik pada lapisan 0-10 dan 10-20 cm. Nilai impedensi listrik diukur secara berkala dengan menggunakan ohm-meter digital yang memancarkan listrik pada frekuensi 1 kHz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai impedensi listrik yang terukur memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi terhadap fluktuasi kadar air tanah. Setelah dikalibrasi pada tanah yang sama, nilai
impedensi listrik tersebut dapat dikonversi menjadi nilai kadar air tanah. Selama periode satu bulan pertama tanaman jagung, tanah yang diolah selalu lebih kering pada lapisan 0-10 cm dan cenderung lebih basah pada lapisan 10-20 cm dibandingkan tanah yang tidak diolah. Kombinasi antara 50% mulsa alang-alang dan 50% mulsa kerinyu mampu mempertahankan kadar air tanah yang lebih lebih tinggi di musim kemarau dibandingkan jenis mulsa yang lain. Hasil penelitian ini menjanjikan metode monitoring kadar air tanah secara langsung di lapangan melalui pengukuran nilai impedensi listrik.
Kata kunci: kadar air tanah, impedensi listrik, pengolahan tanah, mulsa.