Search

Kekuatan Ekonomi Indonesia


NYATAKAH ITU? ATAU HANYA KARIKATUR?


A.     Pendahuluan
Mendekati penghujung tahun 2010, berbagai kilas bali maupun prediksi kemajuan perekonomian Indonesia di tahun 2011  menjadi sorotan berbagai pihak baik dari dari politik, ekonomi dan perbankan hingga pemerintahan dan hukum. Ulasan perkembangan ekonomi Indonesia begitu hangatnya. Berbagai berita baik dimedia cetak maupun elektronik berlomba-lomba membahas prospek perekonomian Indonesia baik dari segi perbaikan produk hukum, infrastruktur, stabilitas dan kebijakan politik hingga para pelaku pasar. Setiap ulasan mengenai perekonomian Indonesia selalu menggambarkan potensi Indonesia yang perlahan mulai muncul menjadi kekuatan ekonomi baru dunia. Namun, benarkah Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru? Jika memang demikian, mengapa nilai tukar rupiah begitu rendah?, mengapa banyak pengangguran hingga kita harus mengirim tenaga kerja ke luar negeri?, mengapa kita masih bergantung dengan aktivitas import berbagai bahan kebutuhan pokok?, mengapa rasio of payment kita rendah?, mengapa Human Development Index kita hanya bertengger di posisi 114 dunia?.
Apa gunanya kita memiliki peringkat yang tinggi dalam kancah perokonomian dunia jika indeks pembangunan manusia kita begitu terpuruk?. Indeks pembangunan manusia memberikan gambaran dasar mengenai kebutuhan manusia dan kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya tersebut. Inilah bentuk paling nyata upaya manusia dalam ekonomi yang sesungguhnya, yakni ekonomi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Jika demikian, bagaimana mungkin negara dengan indeks pembangunan manusia yang rendah mampu menjadi kekuatan ekonomi dunia? Bagaimana mungkin negara yang kemampuan manusianya untuk memenuhi kebutuhannya begitu rendah mampu menyumbang pendapatan perkapita yang begitu besar?. Lalu darimana Indonesia memperoleh pendapatan perkapita yang besar?. Jika ekonomi mikro Indonesia berjalan dengan begitu lambatnya seperti macan yang terluka, bagaimana mungkin kita bisa melaju dengan begitu cepatnya menjadi kekuatan ekonomi dunia dengan peringkat 18?. Banyak pertanyaan yang muncul saat Indonesia mendeklarasikan diri sebagai kekuatan ekonomi dunia. Benarkah kita memang kuat? Jika kita memang kuat, dimana bentuk nyata dari kekuatan kita? Ataukah perkenomian kita hanya terlihat besar pada tataran ekonomi makro, namun tidak memiliki fundamental perekonomian mikro yang mampu menopangnya? Jika demikan, maka kita tidak lebih dari gambar karikatur superhero yang memiliki badan yang besar namun ditopang dengan pinggang dan kaki yang kecil. Betapa menyedihkannya negara kita. Terbuai dengan gambaran kekuatan yang sebenarnya tidak pernah berhasil kita capai.
Dalam essay ini, saya akan coba memuat berbagai intisari pembahasan para ahli mengenai kekuatan ekonomi Indonesia, potensi pereknomian Indonesia serta mendalami pernyataan menko perekonomian Hatta Rajasa tentang kekuatan ekonomi Indonesia yang berada di peringkat 18 besar dunia. Dalam esay ini juga saya akan coba memberikan gambaran ataupun opini pribadi mengenai kekuatan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan berbagai pemikiran dan teori para ahli yang saya ketahui.

B.      Potensi Pengembangan Perekonomian
Perkembangan ekonomi global pasti akan mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Perekonomian Indonesia terbuka dari sisi neraca pembayaran mulai dari perdagangan, arus modal masuk dan keluar (capital inflow atau outflow), dan kegiatan pemerintah melalui penarikan dan pembayaran utang luar negeri. Sebagai negara kecil dan terbuka dalam kancah ekonomi global, yang bisa dilakukan Indonesia adalah memperkuat pondasi ekonomi dan memperbesar fleksibilitas.
Perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,7 persen pada triwulan I/2010. Ini merupakan awal yang baik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,7 persen. Angka ini merupakan revisi dari target sebelumnya 5,5 persen. Banyak kalangan―termasuk Dewan Perwakilan Rakyat―yang mengritik, bahwa target 5,5 persen adalah terlalu rendah, kurang "greget", atau tidak menggambarkan keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mencapai target yang lebih tinggi. Setelah berdiskusi panjang dengan DPR, akhirnya disepakati target pertumbuhan ekonomi yang baru, yang dianggap lebih realistis, yakni 5,7 persen.  Untuk mencapainya, diperlukan dukungan pertumbuhan konsumsi rumah tangga (household consumption) 4,8 persen dan pertumbuhan investasi 9 persen.
Target baru tersebut terutama didorong oleh realitas, bahwa ada tanda-tanda kuat bahwa perekonomian global mengalami pemulihan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Contoh yang paling ekstrem adalah, perekonomian Singapura yang pada triwulan I/2009 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif 10,5 persen, ternyata dapat membalikkan keadaan menjadi pertumbuhan ekonomi positif 12 persen pada triwulan I/2010. Namun memang tidak dapat dikesampingkan adanya argumentasi, bahwa situasi Indonesia berbeda dengan Singapura. Singapura jauh lebih elastis atau responsif terhadap krisis ekonomi global, sedangkan Indonesia terlihat rigid atau inelastis terhadap krisis ekonomi global.
Struktur perekonomian Singapura yang amat tergantung pada ekspor barang-barang manufaktur, dengan sendirinya cenderung amat elastis terhadap krisis ekonomi global. Namun tatkala perekonomian dunia mengalami pemulihan (recovery), maka perekonomian Singapura pun cenderung akan cepat menerima dampak positifnya, alias mengalami pemulihan secara cepat. Sebaliknya Indonesia, karena tidak memiliki ketergantungan besar terhadap produk-produk manufaktur, dan lebih terdiversifikasi jenis produk ekspornya (memiliki beragam produk primer), maka ketika terjadi krisis ekonomi global kita dapat bertahan. Tetapi ketika terjadi pemulihan ekonomi dunia, Indonesia juga bukan negara yang terdepan dalam menerima manfaatnya. Indonesia kurang responsif terhadap dinamika perekonomian global semacam ini.
Karena itu Singapura diperkirakan akan dapat menikmati pertumbuhan ekonomi tinggi (di atas 6 atau 7 persen) pada 2010. Sementara Indonesia diperkirakan akan tumbuh antara 5,5 hingga 6 persen saja. Karena itu, sebenarnya cukup logis jika pemerintah Indonesia akhirnya merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,7 persen. Namun tidak salah juga jika banyak kalangan (pengamat, pasar, DPR) yang menghendaki agar pemerintah lebih bekerja keras dan "agak ambisius" untuk mencapai pertumbuhan 6 persen. Jika ini dicapai, maka tidak ada alasan untuk sekadar hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen pada akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2014. Target 7 persen masih terasa "kurang menantang", dan seyogianya menjadi target minimal.
Sedangkan tahun 2011, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, dan target cukup ambisius menekan pengangguran sampai ke level 7 persen (dari level sekarang 8,17 persen). Target tersebut diharapkan dapat dicapai, jika didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga (C) sebesar 5,4 persen; belanja pemerintah (G) sebesar 11,2 persen; laju investasi (I) sebesar 10,9 persen; ekspor (X) sebesar 10,8 persen, dan impor (M) sebesar 12,1 persen. Target tersebut rasanya masih realistis dan dapat dicapai, meski target pengangguran 7 persen masih menjadi tanda tanya besar, mengingat sifat sektor industri kita yang akhir-akhir ini tidak terlalu besar dalam mengabsorpsi tenaga kerja.

C.      Ekonomi Indonesia Peringkat 18 Dunia
Indonesia saat ini dikatakan adalah negara perekonomian 18 besar dunia dengan nilai produk domestik bruto lebih dari 700 miliar dollar AS. Seluruh indikator ekonomi makro pada 2010 dinilai semakin stabil dan kokoh. Cadangan devisa pada Desember ini mencapai 94,7 miliar dollar AS. Sementara itu, nilai ekspor mencapai nilai tertinggi, yaitu 150 miliar dollar AS.
Hatta juga sempat memaparkan secara singkat prestasi pemerintah pada 2010. “World Economic Forum dalam laporannya yang bertajuk Global Competitiveness Report menaikkan peringkat daya saing Indonesia. Indonesia telah berhasil mencapai peningkatan pola pembangunan ekonomi, dari factor driven economy atau tatanan pembangunan ekonomi yang berbasis bahan baku, menjadi efficiency driven economy atau tatanan pembangunan ekonomi negara-negara maju yang makin ditopang efisiensi, daya saing dan pemanfaatan progresif ilmu pengetahuan dan teknologi,”.
“The Economist bulan Desember 2010 pada artikel bertajuk The World 2011 menyatakan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang memiliki perspektif perekonomian yang baik. Hal ini karena prestasi perekonomian yang tetap baik di kala dunia mengalami krisis. Indonesia diproyeksikan menjadi kekuatan unggulan dunia atau world leading economies di kurun waktu beberapa tahun mendatang,”. Sementara itu di ranah politik dan demokrasi, majalah politik terkemuka, Foreign Policy, pada edisi Desember 2010, menyatakan, kemajuan dan stabilitas politik Indonesia di semua ranah pembangunan dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk menjadi negara superpower demokrasi dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Meskipun berbagai ulasan pereknomian Indonesia menunjukan trend positif peningkatan ekonomi Indonesia, namun sangat tidak mungkin jika Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi peringkat 18 dunia. Untuk itu saya mencoba mencari informasi tambahan mengenai peringkat pendapatan perkapita negara-negara dunia dan akhirnya saya menemukan dua jenis daftar peringkat dari negara-negara dengan pendapatan perkapitanya pada tahun 2010 menurut International Monetary Fund.
Daftar
Negara
GDP perkapita
(Juta Dolar Amerika)
Peringkat
Negara
GDP perkapita
(Juta Dolar Amerika)
  World
61,963,429[4]
 Hong Kong
226,485
 European Union
16,106,896[4]
37
 Portugal
223,7
1
 United States
14,624,184
38
 Malaysia
218,95
2
 People's Republic of China
5,745,133[2]
39
 Singapore
217,377
3
 Japan
5,390,897
40
 Egypt
216,83
4
 Germany
3,305,898
41
 Nigeria
206,664
5
 France
2,555,439
42
 Ireland
204,144
6
 United Kingdom
2,258,565
43
 Israel
201,254
7
 Italy
2,036,687
44
 Chile
199,183
8
 Brazil
2,023,528
45
 Czech Republic
195,232
9
 Canada
1,563,664
46
 Philippines
189,061
10
 Russia
1,476,912
47
 Pakistan
174,792
11
 India
1,430,020
48
 Algeria
158,969
12
 Spain
1,374,779
49
 Romania
158,393
13
 Australia
1,219,722
50
 Peru
153,549
14
 Mexico
1,004,042
51
 New Zealand
138,003
15
 South Korea
986,256
52
 Ukraine
136,561
16
 Netherlands
770,312
53
 Hungary
132,276
17
 Turkey
729,051
54
 Kazakhstan
129,757
18
 Indonesia
695,059
55
 Qatar
126,518
19
 Switzerland
522,435
56
 Kuwait
117,316
20
 Belgium
461,331
57
 Bangladesh
105,402
21
 Sweden
444,585
58
 Vietnam
101,987
22
 Poland
438,884
59
 Morocco
91,702
23
 Saudi Arabia
434,44
60
 Slovakia
86,262
24
 Taiwan
426,984
61
 Angola
85,808
25
 Norway
413,511
62
 Iraq
84,136
26
 Austria
366,259
63
 Libya
77,912
27
 South Africa
354,414
64
 Sudan
65,93
28
 Argentina
351,015
65
 Ecuador
61,489
29
 Iran
337,901
66
 Croatia
59,917
30
 Thailand
312,605
67
 Syria
59,633
31
 Greece
305,005
68
 Oman
53,782
32
 Denmark
304,555
69
 Belarus
52,887
33
 Venezuela
285,214
70
 Luxembourg
52,433
34
 Colombia
283,109
71
 Azerbaijan
52,166
35
 United Arab Emirates
239,65
72
 Dominican Republic
50,874
36
 Finland
231,982
73
 Sri Lanka
48,241
74
 Slovenia
46,442
118
 Namibia
11,451
75
 Bulgaria
44,843
119
 Cambodia
11,36
76
 Tunisia
43,863
120
 Georgia
11,234
77
 Guatemala
40,773
121
 Mozambique
10,212
78
 Uruguay
40,714
122
 Macedonia
9,58
79
 Lebanon
39,149
123
 Mauritius
9,427
80
 Serbia
38,921
124
 Mali
9,077
81
 Uzbekistan
37,724
125
 Armenia
8,83
82
 Lithuania
35,734
126
 Papua New Guinea
8,809
83
 Burma
35,646
127
 Burkina Faso
8,672
84
 Costa Rica
35,019
128
 Madagascar
8,33
85
 Kenya
32,417
129
 Malta
7,801
86
 Ethiopia
30,941
130
 Chad
7,592
87
 Yemen
30,023
131
 The Bahamas
7,538
88
 Panama
27,199
132
 Haiti
6,495
89
 Jordan
27,129
133
 Benin
6,494
90
 Latvia
23,385
134
 Nicaragua
6,375
91
 Cyprus
22,752
135
 Laos
6,341
92
 Tanzania
22,434
136
 Mongolia
5,807
93
 Côte d'Ivoire
22,384
137
 Kosovo
5,728
94
 Cameroon
21,882
138
 Rwanda
5,693
95
 El Salvador
21,796
139
 Niger
5,603
96
 Bahrain
21,733
140
 Tajikistan
5,578
97
 Trinidad and Tobago
21,195
141
 Zimbabwe
5,574
98
 Estonia
19,22
142
 Moldova
5,357
99
 Bolivia
19,182
143
 Malawi
5,035
100
 Ghana
18,058
144
 Kyrgyzstan
4,444
101
 Paraguay
17,168
145
 Guinea
4,344
102
 Uganda
17,121
146
 Barbados
3,963
103
 Afghanistan
16,631
147
 Montenegro
3,884
104
 Bosnia and Herzegovina
16,202
148
 Mauritania
3,486
105
 Zambia
15,691
149
 Suriname
3,297
106
 Honduras
15,34
150
 Swaziland
3,165
107
 Nepal
15,108
151
 Fiji
3,154
108
 Equatorial Guinea
14,547
152
 Togo
3,074
109
 Jamaica
13,737
153
 Eritrea
2,254
110
 Iceland
12,767
154
 Guyana
2,197
111
 Senegal
12,657
155
 Central African Republic
2,113
112
 Democratic Republic Congo
12,6
156
 Sierra Leone
1,901
113
 Gabon
12,563
157
 Lesotho
1,799
114
 Botswana
12,501
158
 Cape Verde
1,573
115
 Brunei
11,963
159
 Burundi
1,469
116
 Republic of the Congo
11,884
160
 Maldives
1,433
117
 Albania
11,578
161
 Belize
1,431
162
 Bhutan
1,397
173
 East Timor
616
163
 Djibouti
1,139
174
 Saint Vincent and the Grenadines
583
164
 Antigua and Barbuda
1,099
175
 Saint Kitts and Nevis
562
165
 The Gambia
1,04
176
 Comoros
557
166
 Saint Lucia
1
177
 Samoa
550
167
 Liberia
977
178
 Dominica
375
168
 Seychelles
919
179
 Tonga
301
169
 Guinea-Bissau
825
180
 São Tomé and Príncipe
187
170
 Vanuatu
721
181
 Kiribati
152
171
 Solomon Islands
674



172
 Grenada
645




Dalam data tersebut memang terlihat jelas bahwa Indonesia menempati urutan 18 dunia, namun perlu diketahui bahwa ini bukanlah peringkat namun hanya disusun berdasarkan arus modal dan perdagangan pasar. Selain itu uni eropa juga tidak ikut dimasukkan dalam daftar tersebut karena dianggap sebagai sumber dari perdagangan dan modal. Segingga klaim jika Indonesia sebagai negara dengan ekonomi pada peringkat 18 besar dunia hanyalah kebohongan semata. Daftar sebenarnya dari pendapatan perkapita negara-negara dunia adalah sebagai berikut:
Rank↓
Country↓
US$↓
Rank↓
Country↓
US$↓
1
 Luxembourg
104,39
22
 Italy
33,828
2
 Norway
84,543
23
 Kuwait[4]
32,53
3
 Qatar[4]
74,422
 European Union
32,283
4
 Switzerland
67,074
 Hong Kong
31,799
5
 Denmark
55,113
24
 New Zealand
31,588
6
 Australia
54,869
25
 Spain
29,875
7
 Sweden
47,667
26
 Brunei
28,34
8
 United Arab Emirates
47,406
27
 Cyprus
27,722
9
 United States
47,132
28
 Greece
27,264
10
 Netherlands
46,418
29
 Israel
27,085
11
 Canada
45,888
30
 Slovenia
23,008
12
 Ireland
45,642
31
 Bahamas, The
20,878
13
 Austria
43,723
32
 Portugal
21,03
14
 Finland
43,134
33
 Korea, South
20,165
15
 Singapore
42,653
34
 Bahrain[4]
19,641
16
 Belgium
42,596
35
 Czech Republic
18,721
17
 Japan
42,325
36
 Malta
18,586
18
 France
40,591
37
 Taiwan
18,303
19
 Germany
40,512
38
 Oman
18,04
20
 Iceland
39,563
39
 Saudi Arabia
16,641
21
 United Kingdom
36,298
40
 Trinidad and Tobago[5]
16,167
41
 Slovakia
15,906
87
 Angola
4,812
42
 Estonia
14,416
88
 Macedonia, Republic
4,634
43
 Barbados
14,307
89
 Thailand
4,62
44
 Croatia
13,527
90
 Iran
4,484
45
 Hungary
13,21
91
 Maldives
4,478
46
 Antigua and Barbuda
12,785
92
 Algeria
4,477
47
 Uruguay
12,129
93
 Jordan
4,435
48
 Libya
12,062
94
 Ecuador
4,295
49
 Chile
11,587
95
 China, People's Republic of
4,283
50
 Poland
11,521
96
 Belize
4,262
51
 Equatorial Guinea[6]
11,081
97
 Tunisia
4,16
52
 Lithuania
10,765
98
 Bosnia and Herzegovina
4,157
53
 Seychelles
10,714
99
 El Salvador
3,717
54
 Russia
10,521
100
 Turkmenistan
3,663
55
 Brazil
10,471
101
 Albania
3,661
56
 Latvia
10,377
102
 Fiji
3,544
57
 Turkey
10,206
103
 Kosovo[9]
3,164
58
 Saint Kitts and Nevis
10,205
104
 Congo, Republic of the
3,075
59
 Lebanon
10,019
105
 Swaziland
3,072
60
 Venezuela
9,773
106
 Samoa
3,023
61
 Mexico
9,243
107
 Cape Verde
3,007
 World[7]
8,985
108
 Ukraine
3,002
62
 Argentina
8,663
109
 Indonesia
2,963
63
 Gabon
8,395
110
 Vanuatu
2,917
64
 Kazakhstan
8,326
111
 Tonga
2,907
65
 Malaysia
7,775
112
 Syria
2,892
66
 Panama
7,712
113
 Morocco
2,868
67
 Romania
7,39
114
 Guyana
2,844
68
 Costa Rica
7,35
115
 Guatemala
2,839
69
 Mauritius
7,303
116
 Egypt
2,771
70
 South Africa
7,101
117
 Paraguay
2,681
71
 Botswana
6,796
118
 Armenia
2,676
72
 Grenada
6,264
119
 Iraq
2,625
73
 Suriname
6,245
120
 Georgia
2,559
74
 Colombia
6,22
121
 Sri Lanka
2,364
75
 Montenegro[8]
6,204
122
 Mongolia
2,111
76
 Bulgaria
5,955
123
 Bhutan
2,042
77
 Saint Lucia
5,778
124
 Honduras
2,014
78
 Azerbaijan
5,764
125
 Philippines
2,011
79
 Belarus
5,607
126
 Bolivia
1,839
80
 Namibia
5,454
127
 Sudan
1,642
81
 Saint Vincent and the Grenadines
5,434
128
 Kiribati
1,522
82
 Serbia
5,262
129
 Moldova
1,503
83
 Peru
5,196
130
 Djibouti
1,382
84
 Dominican Republic
5,152
131
 Papua New Guinea
1,358
85
 Dominica
5,148
132
 Uzbekistan
1,335
86
 Jamaica
5,055
133
 Nigeria
1,324
134
 Zambia
1,286
159
 Gambia, The
605
135
 Solomon Islands
1,269
160
 Burkina Faso
590
136
 Yemen
1,23
161
 Burma
582
137
 India
1,176
162
 Rwanda
569
138
 Vietnam
1,155
163
 Afghanistan
560
139
 São Tomé and Príncipe
1,132
164
 Tanzania
542
140
 Mauritania
1,096
165
 Nepal
536
141
 Nicaragua
1,096
166
 Timor-Leste
535
142
 Cameroon
1,071
167
 Uganda
503
143
 Pakistan
1,049
168
 Guinea-Bissau
497
144
 Côte d'Ivoire
1,016
169
 Zimbabwe
475
145
 Laos
984
170
 Mozambique
473
146
 Senegal
964
171
 Central African Republic
468
147
 Kenya
888
172
 Togo
441
148
 Comoros
819
173
 Eritrea
423
149
 Kyrgyzstan
816
174
 Guinea
420
150
 Cambodia
795
175
 Madagascar
391
151
 Ghana
762
176
 Niger
383
152
 Chad
742
177
 Ethiopia
364
153
 Tajikistan
732
178
 Malawi
354
154
 Lesotho
708
179
 Sierra Leone
325
155
 Benin
673
180
 Liberia
226
156
 Haiti
659
181
 Congo, Democratic Republic of the
188
157
 Mali
649
182
 Burundi
177
158
 Bangladesh
640




Terlihat bahwa posisi pendapatan perkapitan Indonesia yang sesungguhnya berada pada posisi 109 dunia. Peringkat ini didapat setelah negara-negara uni eropa juga dimasukkan dalam daftar tidak sebagai gabungan uni eropa namun berdiri sendiri-sendiri. Sehingga tidaklah pantas jika kita harus larut dalam euforia yang mengelu-elukan kekuatan ekonomi kita yang tidak lebih dari gambaran karikatur yang tidak nyata.

D.     Kekuatan Ekonomi Indonesia dan pengaruhnya bagi masyarakat
Kembali kita membahan pernyataan Hatta Jajasa bahwa RI Negara Perekonomian 18 Besar Dunia dengan nilai produk domestik bruto lebih dari 700 miliar dollar AS. Seluruh indikator ekonomi makro pada 2010 dinilai semakin stabil dan kokoh. Cadangan devisa pada Desember ini mencapai 94.7 miliar dollar AS. Sementara itu, nilai ekspor mencapai nilai tertinggi, yaitu 150 miliar dollar AS.
Siapapun warga negara Indonesia pasti adem rasanya mendengar ucapan Pak Menteri tersebut. Apakah pernyataan tersebut ada dalam realita? Tentunya, banyak jawaban dan saya yakin lebih dari 80 % rakyat Indonesia tidak dan belum  merasakan kehebatan (raksasa) ekonomi dunia. Boleh jadi kenyamanan ekonomi raksasa dunia itu hanya dirasakan oleh segelintir rakyat RI, mungkin hanya para elit dan pejabat serta pengusaha yang juga belum tentu didapat dengan cara elegan. Jeritan rakyat banyak, semakin susahnya mendapatkan sesuap nasi, semakin banyak anak tidak atau putus sekolah, masih banyak rakyat yang makan tiwul, indikator kemiskinan semakin tinggi sebagaimana diungkapkan oleh penelitian ICW belum lama ini, atau bisa jadi Indonesia menjadi raksasa itu karena masuknya ‘uang panas’ modal asing ke Indonesia sebagaimana dikhawatirkan oleh para ekonom, semuanya masih menyisakan nestapa rakyat Indonesia yang belum dapat dikatakan sejahtera sebagai dampak dari ‘raksasanya’ perekonomian Indonesia.
Ungkapan Menko Perekonomian tersebut apakah hanya menghibur rakyat yang berduka dan hidup di bawah bayang-bayang suasana yang tidak menentu. Yang jelas, bila Indonesia sudah menjadi raksasa ekonomi dunia, tidak akan ada lagi yang namanya warga RI yang mengais sesuap nasi di negeri orang sebagai  TKW/TKI yang nasibnya sangat menyayat hati nurani dan memalukan bangsa; dan juga tidak lagi mengekspor TKW/TKI, namun mengekspor barang-barang produksi bergengsi.
Lalu, apa sebenarnya yang paling diperlukan masyarakat?Apa yang paling penting dan segera harus dilakukan pemerintah untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa pemerintah tidak larut dalam euforia kekuatan ekonominya yang tidak lebih dari fatamorgana?
Yang paling diperlukan oleh rakyat adalah ketersediaan berbagai bahan pokok dengan harga yang terjangkau. Lapangan pekerjaan yang terbuka lebar. Jaminan kesejahteraan dan kesehatan. Keamanan dan stabilitas ekonomi serta politik dan hukum. Wakil ketua umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Bambang Susatyo menyatakan bahwa kebutuhan yang paling nyata bukanlah promosi kekuatan ekonomi Indonesia, namun pengendalian harga barang-barang kebutuhan pokok. Beras, cabai, minyak goreng terus melonjak, belum lagi ancaman kenaikan tarif dasar listrik dan ancaman inflasi di tahun 2011. Inilah yang paling dirisaukan oleh masyarakat. Masyarakat tidak peduli peringkat Indonesia di kancah Internasional. Masyarakat hanya peduli bagaimana ereka dapayt memenuhi kebutuhan pokoknya, bagaimana mereka dapat menjamin keberlangsungan hidupnya. Masyarakat hanya akan memikirkan peringkat Indonesia jika permasalahan kebutuhan hidupnya telah dapat ia penuhi.
Dengan demikian, manakah yang terpenting? Peningkatan perekonomian Indonesia, ataukah peningkatan Indeks Pembangunan Manusia? Jika pemerintah yang mengayomi masyarakat tidak peka terhadap kebutuhan masyarakatnya, maka bagaimana mansyarakat dapat peka dengan apa yang terjadi pada negaranya?

E.      Penutup
Mengurai benang kusut pemerintahan, perekonomia,, politik, hukum dan berbagai urusan lainnya bukan merupakan suatu pekerjaan mudah. Hal ini dibuktikan dengan perekonomian Indonesia pada peringkat 18 dunia yang tidak lebih dari kebohongan publik, karena pada kenyataannnya Indonesia berada di peringkat 109 dunia. Rasio hutang luar negeri kita memang berada pada keadaan stabil, namub potensi inflasi tahun 2011 masih mengancam, belum lagi nilai tukar rupiah yang masih berkisar 9000 per dolar Amerika, kisruh tenaga kerja dan ketidak percayaan terhadap iklim investasi Indonesia juga memperburuk citra Indonesia. Suasana politik yang berubah dengan cepatnya menyebabkan Indonesia hanya dilirik sebelah mata oleh para investor.
Tugas berat pemerintah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia siap menjadi tempat investasi yang menjanjikan, dan lebih daripada itu, tugas pemerintah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa peringkat ekonomi Indonesia 18 dunia bukanlah suatu isapan jempol, namun memang memiliki bukti yang nyata, dan bahwa masyarakat akan merasakan kekuatan ekonomi Indonesia yang sebenarnya.