A. Pendahuluan
Pertambahan penduduk dalam suatu negara merupakan suatu dinamika tersendiri yang dialami negara tersebut. Ada berbagai pendapat yang muncul menanggapi permasalah penduduk ini. Ada pendapat yang mendukung arus pertambahan penduduk dan menganggap pertambahan penduduk sebagai suatu dinamika positif dalam pembangunan negara namun ada pula pandangan yang memandang pertambahan penduduk sebagai suatu “bara dalam sekam” yang suatu saat dapat menyebabkan hancur atau terbakarnya gudang penyimpanan sekam yang tidak lain adalah planet bumi. Dalam perjalanannya, permasalahan kependudukan ini mulai menyita perhatian para ilmuwan. Ilmuwan mulai menyadari bahwa pertumbuhan penduduk menjadi “kuda hitam” yang mempengaruhi peringkat pertumbuhan suatu negara. Berbagai aspek penting pembangunan baik politik, ekonomi, kebudayaan, kesehatan dan lain sebagainya turut mengalami perubahan akibat sang “kuda hitam” yang mulai menggeliat. Namun, para ilmuwan belum dapat memprediksikan, jangka waktu yang diperlukan hingga permasalahan kependudukan ini akan dapat mempengaruhi dunia secara global. Hal ini dikarenakan adanya fluktuasi jumlah penduduk dunia yang mengalami peningkatan dan penurunan yang dinamis. Kebijakan perang Amerika Serikat melawan terorisme di timur tengah hingga Avian Influenza merupakan salah satu contoh kecil yang menyebabkan para ahli tidak dapat meprediksi rentang waktu yang tepat. Namun yang pasti adalah, masalah pertambahan penduduk perlahan-lahan mulai dirasakan oleh dunia. Seperti meningkatnya kepadatan penduduk, kesulitan bahan makanan hingga permasalahan kesejahteraan penduduk.
Melalui essay ini penulis mencoba untuk menganalisa permasalahan kependudukan di dunia secara umum dan secara spesifik mencoba menganalisa permasalahan kependudukan di Indonesia menggunakan pandangan Malthus. Pandangan malthus mengenai kependudukan banyak dianut oleh negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara yang berhaluan kapitalis demokrasi lainnya. Sedangkan negara-negara sosialis komunis lebih condong menganut pandangan dari Karl Marx dan Friederich Engel tentang laju pertambahan penduduk.
Essay ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu usul dan saran dari pihak-pihak lain sangat kami butuhkan guna kesempurnaan essay ini.
B. Teori Malthus dan Pengaruhnya Dalam Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang oleh para ahli dianggap akan menjadi suatu kekuatan baru yang mempengaruhi keadaan bumi. Para ahli mencoba menyikapi fenomena kependudukan yang terjadi kini dan berusaha membuat suatu formulasi teori atau pandangan terhadap permasalahan tersebut.
Masalah kependudukan ini jelas memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu isu utama kelestarian bumi. Jika menyimak berbagai catatan tentang pertambahan penduduk di dunia, maka tercatat bahwa sejak tahun 1650 laju pertambahan penduduk dunia meningkat dengan cepat. Peningkatan ini terjadi di USA, negara-negara amerika latin dan amerika tengah serta negara-negara eropa. Selain itu Asia dan Afrika juga menjadi salah satu penyumbang besar pertambahan penduduk dunia. Pada tahun 1650 jumlah penduduk di eropa dan merika diperkirakan sebanyak 113 juta jiwa, jumlah ini meningkat menjadi 325 juta jiwa di tahun 1850 atau bertambah sebesar 3 kali lipat. Sementara untuk asia dan afrika, pada tahun 1650 diperkirakan jumlah penduduknya sebanyak 430 juta jiwa dan mengalami penambahan menjadi 844 juta jiwa ditahun 1850 atau bertambah sebesar 2 kali lipat.
Pertambahan penduduk ini menimbulkan permasalahasn baru yang kompleks dan salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah ketersediaan bahan pangan bagi seluruh penduduk dunia. Jika pertambahan penduduk terus mengalami peningkatan sedangkan bahan makanan semakin sulit diperoleh maka akan terjadi kekacauan besar dan kegagalan pemerintahan dimana-mana akibat tidak mampu mensejahterakan rakyatnya.
Menyadari hal ini maka berbagai ahli mencoba mencari suatu solusi untuk untuk mengatasi permasalahan ini salah satunya adalah Thomas Malthus. Teori ini dikemukakan oleh seorang pendeta berkebangsaan Inggris yang bernama Thomas Robert Malthus. Ia menerbitkan suatu karyanya yang kemudian menjadi pusat perhatian dunia. Karyanya yang berjudul “An Essay Of The Principle Of Population As It Affects The Future Improvement Of Society”. Malthus menyatakan bahwa “pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan ekonomi mengkuti deret hitung”. Secara sederhana dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang salah satunya berimplikasi pada murahnya upah tenaga kerja sehingga hanya mampu menghidupi hidup sehari-hari.
Malthus mengemukakan dua model postulat yakni:
Ø Pangan dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup
Ø Kebutuhan akan sex merupakan kebutuhan manusia sepanjang masa
Mengacu pada dua postulat tersebut maka malthus berpendapat bahwa jika tidak ada suatu pengekangan atau pengendalian terhadap pertambahan penduduk maka pertambahan penduduk akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan pangan. Perkembangan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertambahan pangan mengikuti dereh hitung dengan interval waktu 25 tahun. Malthus yakin bahwa ketidakseimbangan antara populasi dan jumlah pangan dapat menyebabkan kemiskinan dan kemelaratan.
Penduduk : 1 2 4 8 16 32 64 128 dst
Pangan : 1 2 3 4 5 6 7 8 dst
Dari postulat Malthus, maka dikembangkan berbagai upaya untuk menekan pertambahan penduduk baik berupa pengekangan segera ataupun pengekangan secara mutlak. Secara umum untuk mencegah pertambahan penduduk maka dilakukan pengekangan segera yang berbentuk pengekangan preventif dan pengekangan positif. Pengekangan preventif yang pada prakteknya dapat berupa pengurangan angka kelahiran. Jenis pengekangan preventif yang diusulkan oleh Malthus adalah melalui upaya pengendalian nafsu seksual, mencegah pernikahan usia muda hingga melakukan pengguguran kandungan, menggunakan alat kontrasepsi dan homoseksual. Pengekangan positif adalah pengurangan penduduk melalui faktor-faktor yang menyebabkan kematian seperti kemiskinan, epidemi, pembunuhan anak-anak, orang cacat dan orang yang sudah tua, peperangan dan kondisi-kondisi lainnya yang menyebabkan kematian.
Meskipun konsep Malthus dipakai oleh negara-negara kapitalis, namun bukan berarti teori Malthus tidak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan dari teori Malthus antara lain :
Ø Malthus tidak memperhitungkan kemajuan transportasi dunia modern sehingga bahan makanan dengan mudahnya dapat dikirimkan ke daerah-daerah yang membutuhkan bahan makanan
Ø Malthus tidak mengantisipasi kemajuan teknologi khususnya teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produksi pangan dunia dalam teorinya
Ø Malthus tidak memperhitungkan upaya pembatasan kelahiran oleh pasangan yang sudah menikah, karena ia menganggapnya sebagai suatu tindakan tidak bermoral
Ø Tingkat kelahiran akan menurun jika ada perbaikan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
C. Laju Pertambahan Penduduk Indonesa Dilihat Dari Sudut Pandang Malthus
Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya yang sedang bergelut dengan permasalahan kependudukan, Indonesia pun sedang menggeluti permasalahan yang sama. Permasalahan kependudukan di Indonesia oleh para ahli diperkirakan akan dapat menimbulkan ledakan populasi yang tidak mampu dikendalikan oleh pemerintah. Jika melihat pertambahan jumlah penduduk sejak tahun 1961 hingga 2010 maka dapat dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tahun | 1961 | 1971 | 1980 | 1990 | 2000 | 2010 |
Jumlah Penduduk | 97. 018.829 | 119.208.229 | 147.490.248 | 179.378.946 | 205.132.458 | 237.556.363 |
Sumber : id.wikipedia.com
Indonesia kini menempati peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia sebesar 1,35% atau 3,2 juta per tahun. Jika laju ini tidak ditekan maka dalam 25 tahun kedepan jumlah penduduk Indonesia akan menyentuh angka sekitar 317 juta jiwa. Jumlah ini dikhawatirkan akan memperburuk kondisi kesejahteraan masyarakat bahkan lebih buruk lagi dapat menyebabkan kelaparan dan kemerosotan hidup. Sebagai negara berkembang, jika permasalahan ini tidak segera diatasi maka bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami kegagalan pembangunan jangka panjang. Jumlah penduduk yang besar dan tidak diimbangi dengan peluang kerja yang tinggi dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran yang dikhawatirkan akan memicu peningkatan tindakan kriminal.
Konsumsi pangan Indonesia yang didominasi oleh bahan pangan karbohidrat seperti beras mengalami peningkatan konsumsi perkapita dari 109 kg (1970) menjadi 149 kg (1990). Konsumsi perkapita ini merupakan yang terbesar di dunia. Kebijakan pemerintah dalam mengimport beras mmerupakan indikasi bahwa pemerintah tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat melalui produksi pangan dalam negeri. Jika hal ini terus berlanjut maka dapat menyebabkan pengeluaran negara yang terus membengkak karena harus mengimport beras dari negara-negara lain. Secara global, peningkatan kebutuhan akan pangan dikarenakan tingginya permintaan konsumsi dari China dan India sebagai negara penyumbang jumlah penduduk terbesar didunia yakni 2 miliar lebih jiwa.
Di Indonesia, meskipun dilaporkan bahwa dalam 2 tahun ini kita mencapai swasembada beras namun bukan berarti hal ini menjamin kelanjutannya dalam jangka panjang. Pemerintah tidak dapat menjamin jangka waktu swasembada beras ini kedepannya. Ketersediaan pangan di Indonesia merupakan suatu permasalahan serius. Salah satu soslusi dalam peningkatan produksi pangan adalah melalui perluasan areal usaha dan produktifitas. Namun hal ini belum menunjukkan kontribusi yang menjanjikan. Dalam jangka waktu 2004-2008 peningkatan panen padi hanya sebesar 0,47 juta ha dengan total panen sebesar 11,92 juta ha (2004) menjadi 12,39 juta ha (2008).
Dari data tersebut jika diproyeksikan untuk tahun 2015 dengan jumlah penduduk sekitar 300 juta maka konsumsi beras pertahun mencapai 80-90 ton. Jika total areal panen cenderung berkisar diantara 12-13 juta ha per tahunnya maka produktifitas padi diperkirakan harus sebesar ± 10 ton/ha. Angka ini jelas merupakan suatu angka yang tidak mudah dicapai oleh negara seperti Indonesia. Negara dengan produksi padi tinggi seperti jepang dan korea hanya mampu mencetak angka 7 juta ton/ha.
Jika produksi padi tidak dapat ditingkatkan, maka apakah ada solusi lain menghadapi permasalahan pertumbuhan penduduk di Indonesia? Malthus menyatakan bahwa untuk mencegah pertambahan penduduk maka dapat dilakukan dengan pembatasan kelahiran. Upaya rezim orde baru melalui KB dengan slogan “Dua Anak Cukup” merupakan contoh nyata pembatasan kelahiran yang mengacu pada teori malthus. Namun upaya pemerintah ini tidak menunjukan hasil yang signifikan. Dengan coverage kepesertaan hanya sebesar 61,4 juta persen dari total 41 juta pasangan usia subur (PUS) maka diperkirakan ada sekitar 31 juta jiwa anak lahir. Penggunaan alat kontrasepsi tidak menunjukkan peningkatan efektifitas pengurangan angka kelahiran. Meskipun Indonesia dinilai mampu untuk mengendalikan ledakan penduduknya oleh dunia internasional, namun kondisi terkini menunjukkan bahwa terjadi penurunan efektifitas program KB. Jika hal in terus berlanjut maka dalam 50 tahun mendatang bukan tidak mungkin jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 460 juta jiwa dan menggeser peringkat Amerika Serikat sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia. Menyikapi permasalahan ini, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk revitalisasi program KB. Melalui upaya ini , sekitar 88% kabupaten kota se Indonesia telah menghidupkan kembali program KB. 12% yang belum mengaktifkan program KB adalah daerah pemekaran baru sehingga masih menjalankan adminsitrasi denga tetap berpaut pada induk daerahnya. Indonesia menargetkan capaian 70% coverage kepesertaan KB di seluruh nusantara. Dengan target angka kelahiran sebesar 2,0.
Jika pemikiran Malthus dimasukkan dalam ranah kebijakan nasional maka pemerintah sebenarnya telah memiliki perangkat hukum untuk mendukung kebijakan pengurangan laju pertambahan penduduk. Pengurangan jumlah tanggungan anak oleh pemerintah bagi pegawai negeri sipil, wajib belajar 9 tahun dan jaminan asuransi kesehatan terbatas dan pembatasan umur nikah minimal merupakan beberapa produk kebijakan pemerintah yang mendukung upaya menekan pertambahan penduduk. Selain itu adanya upaya untuk mengurangi kepadatan penduduk melalui transmigrasi juka dinilai menjadi suatu terobosan ang paling efektif untuk mengurangi wilayah-wilayah padat penduduk seperti jawa. Selain itu dengan adanya program transmigrasi diharapkan adanya upaya masyarakat untuk memperluas wilayah produksi pertanian dengan memanfaatkan daerah-daerah yang belum banyak diolah seperti kalimantan dan papua. Namun perlu adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pangan nasional melalui berbagai riset terapan dan peningkatan kualitas sistem tanam yang berbasis human strength menjadi machine strength. Selain itu berbagai upaya peningkatan kualitas tanah juga perlu diperhatikan agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas tinggi. Pengembangan teknologi memang bukan suatu upaya yang murah namun jika permasalahan kependudukan ingin diatasi maka Indonesia perlu untuk mempersiapkan berbagai cara dalam menghadapi ledakan penduduk yang mungkin saja tidak dapat lagi diatasi melalui upaya-upaya meningkatan produksi pangan.
Malthus dalam tesisnya menilai faktor-faktor penyebab kematian seperti peperangan, kemiskinan dan penyakit sebagai suatu upaya untuk menekan jumlah penduduk di dunia. Namun jika ditinjau dari segi kemanusiaan maka pandangan Malthus dianggap sebagai pandangan yang radikal karena menerima penghilangan nyawa manusia sebagai upaya untuk menekan pertambahan penduduk secara gobal. Namun beberapa negara-negara kapitalis mulai melihat upaya ini sebagai suatu terobosan dalam menekan jumlah penduduk seperti Amerika misalnya melegalkan aborsi. Namun di negara-negara sosialis, upaya menekan angka kelahiran lebih ekstrim. Pembunuhan bayi dan aborsi paksa dilaksanakan guna menjaga jumlah penduduk agar dalam rentang yang dapat dikendalikan oleh pemerintah.
Indonesia sebagai negara demokrasi jelas tidak melegalkan aborsi apalagi melaksanakan pembunuhan terhadap bayi-bayi. Dengan demikian harus diupayakan hal lain guna menekan pertambahan penduduk. KB dianggap sudah mulai kehilangan efektifitasnya dalam menekan rasio angka kelahiran, oleh sebab itu solusi yang paling mungkin adalah dengan meningkatkan produksi pangan dan distribusi merata penduduk di seluruh Indonesia.
Ide paling extrim yang mungkin akan terjadi adalah melegalkan aborsi bagi kehamilan-kehamilan yang tidak diharapkan ataupun pembatasan jumlah anak secara ketat di fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun ide ini tentu saja tidak akan mungkin disetujui dalam waktu dekat mengingat pertimbangan keadilan dan hak azasi manusia serta pertimbangan keagamaan dan adat ketimuran yang masih melekat kuat dalam pemahaman masyarakat. Program transmigrasi pun masih menuai kendala yang cukup besar dikarenakan animo masyarakat untuk mengikuti program transmigrasi yang masih sangat rendah dan juga ketersediaan fasilitas yang belum memadai di daerah pembukaan baru. Oleh sebab itu, jika ingin meningkatkan animo masyarakat maka perlu adanya upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung bagi para transmigran di daerah pembukaan baru. Selain itu perbaikan sarana transportasi pun harus diperbaiki guna mempermudah akses transmigran ke lokasi-lokasi lain. Selain itu fasilitas telekomunikasi pun harus diperhatikan karena komunikasi kini menjadi kebutuhan dasar manusia.
Selain transmigrasi, peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pembukaan kesempatan untuk mengecap pendidikan bagi masyarakat Indonesia secara luas. Dengan meningkatnya pendidikan masyarakat maka diharapkan akan merubah pola pikir masyarakat menjadi lebih produktif dan mampu bersaing. Hal ini menyebabkan taraf hidup masyarakat menjadi meningkat dan mengurangi laju pertambahan penduduk. Wajib belajar 9 tahun yang kini diberlakukan pemerintah perlu untuk diperbaiki agar mampu mengakomodir potensi masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke taraf yang lebih tinggi namun terbentur karena masalah biaya yang masih sangat terbatas. Selain itu upaya pertukaran kebudayaan antar daerah perlu dipertimbangkan mengingat beragamnya upaya-upaya di tiap daerah untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk didaerahnya serta potensi-potensi yang bisa digali di daerah tersebut. Memberdayakan unit-unit pendidikan negeri seperti sekolah-sekolah negeri dan juga universitas-universitas negeri agar dapat menampung masyarakat yang memiliki potensi untuk melanjutkan pendidikan. Biaya penyelenggaraan pendidikan yang dirasa masih tinggi harus menjadi perhatian penting pemerintah jika ingin program pendidikan tinggi ini berhasil. Yakni dengan mengurangi biaya birokrasi pendidikan, meningkatkan alokasi belanja nasional untuk bidang pendidikan dan program beasiswa bagi pemuda-pemudi yang berprestasi namun mengalami kendala biaya.
D. Solusi
Dari hasil analisis permasalahan kependudukan di Indonesia dari sudut pandang Malthus maka dapat diatri beberapa solusi yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah dalam menanggulangi permasalahan penduduk di Indonesia yang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh bagi pembangunan.
a. Revitalisasi KB
Revitalisasi program KB sebagai salah satu alternatif dalam menekan laju pertambahan penduduk di Indonesia. Revitalisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan peserta (akseptor) KB di Indonesia menjadi 70% dengan laju pertambahan penduduk sebesar 2,0. Diharapkan dengan meningkatnya peserta KB maka upaya pemerintah untuk menbatasi kelahiran menjadi lebih luas.
b. Transmigrasi
Perpindahan penduduk dari wilayah padat penduduk ke wlayah yang kepadatan penduduknya rendah penting dilakukan. Namun upaya ini hanya akan berhasil apabila pemerintah memperhatikan kebutuhan akan sarana prasarana di daerah transmigrasi seperti telekomunikasi, transportasi, sarana kesehatan dan fasilitas-fasilitas lainnya.
c. Wajib belajar
Meningkatkan jangkauan pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia bukan saja di tingkat pendidikan dasar dan menengah namun hingga ke jenjang perguruan tinggi. Diharapkan dengan adanya peluang yang luas bagi masyarakat untuk dapat mengecap pendidikan tinggi maka dapat meningkatkan tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat yang berdampak pada penurunan angka kelahiran ataupun angka pernikahan muda. Selain membuka kesempatan luas untuk masyarakat agar dapat menikmati pendidikan dengan murah atau bahkan gratis, upaya adanya pertukaran kebudayaan merupakan suatu kesempatan yang sangat strategis untuk membuka wawasan para pemuda-pemudi Indonesia agar berpikiran lebih terbuka dan lebih produktif. Dengan melihat keadaan dan kebudayaan di luar wilayahnya atau bahkan di luar negeri maka menumbuhkan suatu kesadaran baru akan pentingnya kualitas hidup dimasa mendatang.
d. Melegalkan aborsi bagi kelahiran yang tidak diharapkan
Merupakan salah satu solusi jangka pendek yang banyak diambil oleh negara-negara maju dalam menjaga populasinya tetap pada jumlah yang dapat dikendalikan. Jika permasalahan kependudukan di Indonesia tetap tidak dapat ditanggulangi dengan berbagai cara diatas maka pemerintah perlu untuk mempertimbangkan alternatif ini sebaga solusi jangka pendek sambil terus mencari suatu formulasi yang tepat untuk jangka panjang. Meskipun akan banyak tantangan dari berbagai pihak terutama dari segi hak azasi manusia dan keagamaan, namun alternatif ini manjadi suatu solusi yang cukup handal mengingat tidak mungkin untuk mengendalikan kebutuhan akan seks.
E. Kesimpulan
Ledakan penduduk suatu saat akan terjadi hanya saja para ahli tidak dapat memprediksikan kapan hal itu akan menimbulkan dampak secara global. Namun hal ini bukan berarti membuat kita menyepelekan permasalahan kependudukan ini, dikarenakan perlahan namun pasti masalah kependudukan ini akan mempengaruhi beragai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Permasalahan kependudukan memiliki pengaruh pada bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan bahkan stabilitas dan keamanan bangsa. Perlu adanya suatu upaya jangka panjang pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini seperti dengan menggalakan revitalisasi KB dengan didukung dengan upaya jangka pendek seperti pembatasan jumlah tanggungan pemerintah terhadap anak pegawai negeri sipil dan juga program wajib belajar. Namun yang perlu diingat, apapun upaya pemerintah dalam menekan pertambahan penduduk, jika pemerintah tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka sebagus dan semutakhir apapun terobosan yang ditawarkan maka tidak akan memberikan hasil yang memuaskan bagi masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya upaya sosialisasi dan perangkulan mayarakat melalui upaya-upaya swadaya masyarakat ataupun upaya-upaya peningkatan kesehatan yang berbasis pada masyarakat dengan masyarakat sebagai motor penggerak utama, dan pemerintah sebagai pemberi stimulus baik melalui program-program perbaikan sarana prasarana maupun melalui upaya transmigrasi ke daerah-daerah rendah kepadatan penduduk.
F. Daftar Pustaka
- http://www.scribd.com/doc/12911841/laporan-kknmenemukan-kembali-dan-memperkuat-sistem-pangan-lokal
http://id.wikipedia.com